Monday 26 March 2012

Dia Lebih Baik Daripada Saya

Kita terkadang menggangap orang lain kedudukanya lebih rendah daripada kita, padahal urgensinya Allah-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa dan yang paling tahu apa yang kita kerjakan.


… maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (Q.S. An-Najm : 32).


Perlu mengoreksi diri sendiri dan perlu menyadari kelemahan diri inilah sepatutnya kita lakukan daripada mencari kesalahan orang lain dalam beribadah. Kita kita tidak begitu mengetahui keadaan diri kita yang penuh kelemahan dan kehinaan dihadapan Allah menjadikan diri kita lebih senang mencari kekurangan orang lain dari pada kekurangan diri sendiri. Sebenarnya dalam hal ini adalah bertumpu pada hakikat akhlak kita masing-masing. Dengan akhlak seseorang ini akan merasa dirinya tidak terlalu sempurna daripada orang lain. Hal inilah yang dinamakan jiwa seorang hamba Allah.

Dalam pemahaman ini perlu di cermati dalam hal memberi nasihat atau masukan yang pada dasarnya kita berniat baik untuk menasehati, niat yang baik harus dengan cara yang baik pula. Bagaikan kita berencana membuat bolu tapi memakai telur yang busuk; bahan-bahan yang kita gunakan tidak baik, begitupun halnya dengan niat dan cara kita bertindak. Tidak ada paksaan dalam Islam, kita diwajibkan untuk mengajak saudara kita dalam kebaikan dan kalau misalkan memasuki wilayah memaksa maka hukumnya akan berubah menjadi haram. Kepada sahabat karib pun demikian halnya, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kebaikan dan taqwa dilakukan dengan cara yang baik pula.

Hakikat hati kita kepada keadaan orang lain seharusnya dalam hal demikian :
(dipesankan oleh ulama besar, Syeikh Abdul Kadir Al-Jailani)

“Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinlah bahwa dia lebih baik daripada mu. Ucapkanlah dalam hatimu,”mungkin kedudukannya disisi Allah jauh lebih baik dan mulia.”

“Jika engkau bertemu dengan anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu,” Anak ini belum bermaksiat kepada Allah sedangkan diriku telah banyak melakukan maksiat kepada Allah. Tentu anak ini lebih baik daripada aku.”

“Jika engkau bertemu dengan orang tua, maka ucapkanlah dalam hatimu,” Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama diripada aku. Tentu dia lebih baik daripada aku.”

“Jika bertemu dengan orang yang berilmu, maka ucapkanlah dalam hatimu,” Orang ini telah mendapatkan karunia yang tidak bisa aku dapatkan, mengetahui apa yang tidak aku ketahui dan dia mengamalkan ilmunya. Tentu dia lebih baik daripada aku.”

“Jika engkau bertemu dengan orang yang jahil, maka ucapkanlah dalam hatimu,”Orang  ini bermaksiat kepada Allah karena dia jahil (tidak mengetahui) sedangkan aku bermaksiat kepada Allah yang padahal aku mengetahui akibatnya. Aku tidak tau bagaimana akhir dari umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik daripada aku.”

“Jika engkau bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah dalam hatimu,”Aku tidak tau keadaanya kelak, mungkin pada akhir usia dia, akan memeluk islam dan beramal sholeh, dan mungkin bisa jadi pada akhir usiaku akan kufur dan buruk.”

… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maaidah : 2).

Intinya kita senantiasa berbaik sangka, dan berfikir positif yang pada akhirnya umpan balik yang positif akan menciptakan energi positif juga kepada kita.

Demikianlah sahabat fillah, sekelumit tentang Muamallah yang dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita sering mengalaminya; pergaulan dengan berbagai tingkat keilmuan, pemahaman, pendidikan, usia juga berbeda. Dalam hal ini kita diharapkan untuk lebih bersikap arif bijaksana dalam menyikapi berbagai masalah dan teknik menjaga hati tentunya dengan pijakan ilmu, wallahu’alam…

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger